Jumat, 14 Agustus 2009

Pelajaran Dari Kisah Sukses Google



Artikel ini merupakan kelanjutan dari artikel saya sebelumnya, Bagaimana Suatu Halaman Web Diakses?. Beberapa orang teman saya berkomentar mengenai artikel tersebut, “Ngapain begituan ditulis?”.
Tentu saja, mereka baru membaca ringkasan (excerpt) dari artikel tersebut di Facebook :-D . Ringkasan tersebut hanya berisi daftar bagaimana suatu halaman web diakses oleh penggunanya (atau sepertinya istilah yang lebih tepat adalah: ditemukan oleh penggunanya), tanpa penjelasan pada tiap-tiap poin. Beberapa komentar yang masuk baik di Facebook maupun di blog ini menyatakan bahwa hasil pencarian Google adalah cara yang paling sering mereka gunakan.
Saya yakin, bukan hanya teman-teman saya saja yang demikian bergantung pada Google untuk menemukan informasi di Web, pengguna Internet di seluruh dunia pasti juga begitu. Demikian pula para pemilik situs web, mereka berusaha keras agar situs mereka berada pada urutan teratas hasil pencarian Google. Jika mereka kurang memiliki sumber daya untuk melakukan hal itu dan memiliki uang berlebih, mereka akan memasang iklan di Google. SEO kian populer dewasa ini, bahkan menjadi lahan bisnis.
Mengapa saya hanya menyebut Google, bukankah mesin pencari bukan hanya Google? Bagaimana denganYahoo!, Microsoft Live Search, AltaVista, dan mesin pencari lainnya? Hal ini tak lain karena begitu dominannya Google sebagai mesin pencari. Bahkan ada yang mengatakan bahwa 70% trafik dari situs-situs web berasal dari Google.Sebagaimana yang diungkapkan oleh Jeff Atwood dalam artikelnya: The Elephant in the Room: Google Monoculture bahwa jika misalnya, dengan suatu alasan tertentu Google memutuskan untuk menghilangkan situs kita dari hasil pencariannya, maka situs kita bisa dianggap tidak ada karena kecil kemungkinan orang lain akan menemukannya.

Mengenang Masa Before Google

Melihat begitu dominannya Google saat ini, mungkin akan menarik jika kita melihat masa sebelum Google dikenal luas. Masa itu biasa disebut dengan masa Before Google, dengan menganalogikan pada masa prasejarah. Berikut kisah yang saya dapatkan setelah membaca buku Kisah Sukses Google. Kebanyakan mesin pencari pada masa itu (AltaVista, Yahoo, Excite) menampilkan hasil pencarian dalam urutan yang tidak jelas, yang membuat pengguna harus menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengklik tiap halaman hasil pencarian untuk menemukan informasi yang mereka inginkan.
Larry Page, salah satu dari pendiri Google meneliti masalah ini pada tahun 1997 untuk tesis Ph.D.-nya. Dia dibantu oleh pendiri Google lainnya, Sergey Brin, dan beberapa orang dosen pembimbing di Stanford University (tempat di mana Page dan Brin menjadi mahasiswa Ph.D.). Makalah-makalah yang memuat hasil penelitian mereka masih dapat diunduh dari situs milik Stanford University. Page menemukan solusi pengurutan hasil pencarian mesin pencari, yaitu menggunakan algoritma PageRank. Mereka juga membuat mesin pencari Google versi awal dengan menggunakan sumber daya komputer dan jaringan milik kampus. Google waktu itu sudah dijalankan di atas sistem paralel, yang memungkinkan Google mampu mengindeks jutaan halaman web dan memberikan hasil pencarian dalam waktu yang singkat. Hasilnya, Google menjadi mesin pencari yang populer di Stanford.
Awalnya, Page dan Brin hanya ingin menjual lisensi teknologi pencarian Google pada perusahaan-perusahaan seperti AltaVista, Excite, dan Yahoo!, lalu mereka akan meneruskan studi mereka untuk meraih gelar Ph.D. Namun, AltaVista, Excite, Yahoo!, dan situs mesin pencari lain menolak untuk membeli lisensi mereka. Perusahaan-perusahaan tersebut masih menganggap bahwa fasilitas pencarian hanyalah sebagai pelengkap semata. Hal ini bisa dimaklumi mengingat pada waktu itu kebanyakan perusahaan web masih menganggap bahwa aplikasi yang akan menarik banyak pengguna (dan juga uang) adalah web portal. Web portal adalah web yang memiliki fasilitas serba ada, seperti Yahoo! saat ini. Web portal seperti itu akan berusaha menahan pengunjungnya untuk lebih lama di situs mereka, tempat mereka bisa berbelanja, memeriksa email, bermain game, melihat-lihat iklan, dan menghabiskan waktu dan uang lebih banyak. Hal ini tentu saja berlawanan dengan mesin pencari ala Google yang membuat penggunanya akan langsung meninggalkan Google begitu memperoleh hasil pencarian yang sesuai.
Salah satu pendiri Yahoo, David Filo, yang juga merupakan lulusan Stanford, memberi saran kepada Brin dan Page bahwa apabila mereka memang ingin mewujudkan potensi sistem pencari mereka yang unik dan yakin sekali tentang itu, yang terbaik bagi mereka adalah mengambil cuti dari program Ph.D. di Stanford dan langsung mendirikan perusahaan sendiri (Vise & Malseed, 2005). Dan hal itulah yang lalu dilakukan oleh Google Guys.

Pelajaran dari Google

Sekarang lihatlah Google, perusahaan tersebut sudah melampaui Yahoo!, apalagi Altavista dan Excite. Web portal yang dahulu digadang-gadang sebagai aplikasi yang akan menjadi homepage pengguna Internet dikalahkan oleh mesin pencari Google yang dulu diremehkan. Ada dua pelajaran yang bisa dipetik dari kisah Google ini:
  1. Ide cemerlang kita boleh jadi dianggap remeh orang lain. Dan satu-satunya cara untuk membuktikannya adalah dengan mewujudkannya sendiri.Memang tidak mudah, apalagi jika yang menolak adalah perusahaan sekelas Yahoo!. Tapi jika kita memang memiliki tekad baja dan yakin bahwa ide kita benar-benar berkualitas, maka wujudkanlah. Jangan selalu merasa bahwa ide kita memiliki kekurangan sehingga enggan untuk mengimplementasikannya. Lihatlah solusi-solusi yang sudah ada dan bandingkanlah apakah solusi kita mampu mengatasi masalah lebih baik? Apa kelemahan dari solusi kita? Adakah cara untuk mengatasi atau meminimalisir kelemahan tersebut? Proses komputasi algoritma PageRank memerlukan waktu yang tidak sedikit. Namun Page dan Brin mampu mengatasinya dengan menggunakan komputasi paralel.
  2. Jika tidak bisa menjadi yang pertama, jadilah yang lebih baik dari yang sudah ada.Kisah seperti ini sudah banyak. Google bukan mesin pencari pertama, namun mampu menjadi yang terbaik hingga saat ini. Facebook bukan situs jejaring sosial pertama. Kita jangan berkecil hati karena ide kita sudah diimplementasikan oleh orang lain. Belum tentu implementasi orang lain tersebut lebih baik daripada implementasi kita.

Penutup

Google memang luar biasa, namun tentu saja dominasi Google di Internet dikhawatirkan oleh banyak orang. Selain itu, menurut saya kompetisi di Google terlalu kejam untuk para blogger. Artikel kita harus bersaing dengan artikel-artikel lain dari seluruh dunia, atau lebih tepatnya dari seluruh halaman web yang diindeks oleh Google. Mungkinkah suatu saat ada yang mampu membuat sistem lain dengan kompetisi yang tidak terlalu kejam? Kita tunggu saja :-D .
Sumber :
http://sigit.web.ugm.ac.id/2009/05/04/pelajaran-dari-kisah-sukses-google/
15 Agustus 2009
Sumber Gambar:
http://earthfirst.com/wp-content/uploads/2009/03/larry-page-google.jpg

1 komentar: