Rabu, 22 April 2009

Laba Ratusan Juta dari Cireng


KOMPAS.com - ANDA pernah mencicipi cireng? Anda akan mudah menjumpai makanan yang terbuat dari tepung ketela atau singkong ini di Jawa Barat.
Warnanya putih dan agak liat ketika dikunyah. Kudapan ini akan terasa lebih lezat jika kita menyantapnya selagi hangat. Jika sudah dingin, cireng akan menjadi lebih alot.

Nah, selama ini, mungkin Anda hanya mengenal aci goreng ini sebagai makanan tradisional ini kerap dijajakan oleh tukang gorengan di pinggir jalan. Meski demikian, jangan sekali-sekali Anda meremehkan kudapan tradisional ini. Seorang pengusaha di kawasan Jakarta Selatan berhasil mengubah imaji cireng sebagai makanan murahan. Di tangannya, cireng malah menjadi mesin mesin uang yang handal.

Pengusaha itu bernama Yusuf Setiady. Kendati baru enam bulan menggeluti bisnis cireng, pencapaian Yusuf luar biasa cemerlang. Kini, saban bulan dia mampu menangguk omzet sampai Rp 120 juta. "Laba saya sekitar 20 persen," klaim Yusuf.

Salah satu kunci keberhasilan Yusuf adalah keberaniannya menciptakan inovasi. la menciptakan produk cireng dengan aneka isi. Misalnya, ia membuat cireng isi keju, oncom, daging sapi, daging ayam, kacang hijau dan cireng isi sosis. Terobosan lainnya, ia tidak hanya menjajakan cireng dalam keadaan matang.

Meski banyak produk cireng yang beredar di pasar, Yusuf mengklaim cireng hasil kreasnya memiliki kekhasan, yakni lebih renyah dan tidak terlalu liat ketika digigit. "Itu, karena saya memakai aci mendoan," kata Yusuf membuka isi dapurnya.

Yusuf membangun usaha cireng ini bersama lima orang temannya yang berasal dari Jakarta dan Bandung. Sebelumnya, hampir 11 tahun
mereka berbisnis tahu. "Modal awal bisnis cireng ini hanya Rp 100.000," tutur pria 39 tahun ini.

Belum ada merek yang melekat pada produk cireng Yusuf. la hanya menyebutnya Cireng Aneka Rasa. Yusuf menjajakan cireng berdiameter sekitar tujuh sentimeter (cm) ini dalam kemasan plastik. Satu plastik berisi 10 buah, dengan lima rasa. Jadi, dalam satu kemasan, ada dua bush cireng yang memiliki rasa sama. "Harga jual di konsumen Rp 5.000-Rp 6.000 per bungkus," kata Yusuf.

Yusuf memproduksi cireng ini di daerah Cibuntu, Bandung, tempat ia memproduksi tahu. Tak kurang, ada 20 orang karyawan yang membantu Yusuf membuat cireng dan tahu. Tapi, Yusuf sendiri lebih banyak menangani pemasaran. Sejauh ini, produknya telah tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

Kapasitas produksi dapur Yusuf tergolong besar. Bayangkan saja, Yusuf setidaknya mendatangkan cireng dari Bandung sebanyak tiga kali seminggu. Setiap kali datang, kiriman cireng itu mencapai 50 boks yang masing-masing berisi 50 bungkus cireng. "Pengiriman setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu," kata pria kelahiran Cianjur ini.

Setelah sampai di Jakarta, Yusuf menyebarkan ratusan bungkus cireng tersebut kepada sekitar 30 agen penjualan. Agen lalu menjual lagi kepada pelanggan mereka dan menawarkan ke beberapa perumahan.

Melihat usahanya maju pesat, suami Nurjanah ini mengaku sangat optimistis. Yusuf sudah mengambil ancang-ancang untuk mengembangkan bisnisnya. Di antaranya ia akan memasang merek dan mengejar pengesahan status kelayakan produk dari Departemen Kesehatan.

Yusuf juga ingin menjual cireng dengan sistem gerobak di pinggir jalan. Dengan cara ini, ia berharap penjualannya bisa cepat meningkat. Kini, Yusuf sudah menyiapkan tiga gerobak. Nantinya, pengusaha juga ingin menjajal sistem kemitraan. "Saya akan mencoba bikin master (kemitraan) dulu," ujarnya. (Anastasia Lilin Yuliantina/Kontan)

Sumber :
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/04/23/10342844/Laba.Ratusan.Juta.dari.Cireng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar