Selasa, 05 Januari 2010

Ir. R. Bambang Widi Nugroho, Anak Yatim dan Penjaga Al Quran

Apa yang dirasakan Widi, bisa juga dialami oleh pengusaha sukses lain. Kejatuhan usaha dengan berbagai persoalan di belakangnya menjadi titik balik menuju kesuksesan. Kendala yang besar tidak membuatnya ragu untuk terus melangkah. Saat ini Widi dikenal sebagai salah satu pengusaha furniture yang sangat sukses.


Nama aslinya R. Bambang Widi Nugroho. Ia dikenal sebagai salah satu pengusaha yang berhasil. Usahanya dimulai sejak kuliah di fakultas Pertanian UKSW Salatiga. " Modal patungan bersama sahabat saya melakukan trading dari menjadi leveransir bahan bangunan untuk proyek, membeli hasil bumi, ternak ayam potong dan tenaga survey proyek penelitian," kenangnya.

Dari usaha itu Widi bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Lahir dan besar di keluarga purnawirawan ABRI mempunyai keuntungan tersendiri. Suami dari Rahma Dwi Fibrianti ini merasa lebih termotivasi untuk berwirausaha. "Saya merintis usaha di bidang pertanian menjelang saya lulus kuliah tahun 1989. Tahun 1993 usaha itu saya tekuni serius sampai akhir tahun 2003. Tahun 1999 saya mengalami kejatuhan parah dan semua asset habis terjual. Bahkan untuk menutup sebagian hutang ibu saya menggadaikan sertifikat rumah satu-satunya. Waktu itu juga saya memutuskan mengundurkan diri jadi supplier supermarket." katanya.

Berbekal uang sisa pembayaran utang itu, Widi mulai mencoba berwirausaha sendiri. Pertama kali memilih cabai hibrida (TW) sebagai ladang bisnisnya. Modal lahan kurang lebih 2 hektar berhasil dilaluinya dengan sukses. " Ada pengalaman yang tidak akan saya lupakan yaitu saat hasil panen saya jual ke pasar. Cabe kualitas baik saya hanya dihargai Rp.250/kg (HPP Rp.450-500/kg) . Sayapun pasrah dan tidak bisa protes dengan harga Rp.250/kg . Ooalah betapa malang nasibku," Widi mengenang.

Dari pengalaman tersebut motivasinya untuk menguasai tata niaga cabe mulai menyeruak. Berbekal pengalaman, disurveilah beberapa pasar. Keluar masuk pasar. Ia berkelana dari pasar Johar Semarang, pasar Pondok Gede Bekasi sampai pasar Induk Kramatjati, Jakarta pernah di sambanginya. Karena transaksi hasil bumi biasanya berlangsung pada dinihari, sering memaksa Widi untuk tidur di pasar. .

Tahun pertama berwirausaha di bidang pertanian Widi langsung mengalami kejatuhan yang cukup fatal. Saat itu harga cabai jatuh dan modalnya habis. " Waktu itu tahun 1993. Duit di kantong itu tinggal Rp. 50.000," kenang Widi. Dengan sisa modal yang ada Widi bangkit dan bisnisnyapun berkembang.

Di kalangan pengusaha di bidang pertanian nama Widi dikenal sangat menjaga kualitas dan cepat merespon. " Bahkan ada relasi yang belum saya kenal menghubungi lewat telpon minta beberapa produk pertanian untuk eksport dengan langsung mentransfer sejumlah uang yang cukup besar." cerita ayah R. Arjuna Rakaiprajna Aryabhumi ini.

Dari Uang Lima Ribu hingga Kebanjiran Order
Jatuh bangun menjadi bagian yang tidak terpisahkan bagi perjalanan bisnisnya. " Waktu jatuh saya pernah dari Jakarta Selatan ke Jakarta Pusat, Jakarta Timur sampai Jakarta Barat hanya berbekal Rp. 5000 untuk menemui beberapa kolega. Padahal sebelum-sebelumnya saya selalu diantar sopir dan biasa menjamu di coffe shop hotel. Pada waktu jatuh bangkrut pernah hampir putus asa, dada ini terasa sesak," kisah Widi.

Namun kejatuhan itu membuat Widi banyak bertafakur merenungi perjalanan yang telah ditempuhnya. Dari situ membuat dia tersentak dan istighfar karena selama ini Widi merasa tidak bersyukur. Padahal Allah telah memberi oksigen untuk bernafas secara gratis. "Bayangkan apa yang terjadi bila kita tidak diberi oksigen 5 menit saja. Nafas adalah hidup saya, dzikrullah.., lewat nafas aku berdziqir, Laa ilahaillallah…, Laa ilahaillallah…, Laa ilahaillalloh…, saya mendapat kedamaian, dada ini terasa lapang," kenangnya.

Dzikir membuat Widi selalu berpikir positif, ikhlas dan selalu berusaha maksimal dengan yang dia lakukan. Kegigihannya ini membawa hasil. Suatu saat Widi berkenalan dengan seorang pengusaha percetakan dan kontraktor yang mengajak bekerjasama mendirikan perusahaan. Mayoritas saham diberikan kepada Widi. Bahkan diminta menyediakan tim kreatif, sedangkan peralatan dan modal kerja sudah disiapkan. " Terus terang saya gelisah saat itu, setelah sholat malam saya bertafakur memohon petunjuk kepada Allah. Tawaran kerjasama ini prospektif, secara teknis saya tinggal memulainya," ujarnya

Namun Widi mencoba mengikuti bisikan hati kecil. Ditolaknya ajakan pengusaha tersebut. Ia memilih pulang ke Jogjakarta berkumpul dengan anak istri. Mulailah membikin usaha baru. Saat istrinya diwisuda tahun 2005, Widi membuka usaha bersama dengan sang istri di bidang jasa konsultan dan produksi interior-eksterior (art work). "Walaupun saat itu kami tidak mempunyai modal kerja bahkan saya masih mempunyai tanggungan kewajiban atas kejatuhan usaha yang lalu. Namun usaha harus tetap jalan. Saya berdoa mohon petunjuk kepada Allah untuk dapat membuka usaha ini," ungkapnya.

Widi mulai menemui beberapa pengusaha besar di Jogjakarta. Proyek pertamanya mengerjakan landscape rumah mewah salah satu direksi BUMN. Ternyata hasilnya tidak disangka. Proyek tersebut berjalan mulus. Tepat waktu maghrib, 26 Mei 2006 pembayaran dilakukan dan keuntungan dibagi bersama dengan tim produksi. Namun pada esaok harinya gempa mengguncang Yogyakarta. Tanpa menunggu waktu, Widi bersama istrinya membelanjakan hampir seluruh keuntungan untuk membeli sembako, air mineral dan menyalurkan bantuan ke famili dan beberapa teman.

Memang janji Allah itu benar adanya. Sedekah tidak menjadikan rizki Widi miskin, namun justru bertambah. Pada Juni 2006 orderpun datang silih berganti. Mulai dari rumah pribadi, perumahan elite, tempat usaha sampai proyek pemerintah daerah yang semua berkaiatan dengan pekerjaan art work.

Anak Yatim dan penjaga Al Quran
Tahun 2008 Widi menjalin kerjasama dengan seseorang yang baru dikenalnya. Orang tersebut memberi modal kerja yang cukup besar . " Beliau pesan tidak perlu kuatir kalau merugi bahkan modal habispun ikhlas. Beliau hanya berpesan untuk selalu meyisihkan keuntungan untuk anak yatim dan para penjaga Al Qur'an," kata Widi. Maka didirikanlah perusahaan dengan nama ALAS JOGJA singkatan dari ALhamdulillah, Astagfirulloh, Subhanalloh. Usahanyapun berkembang cukup maju.

Saat krisis global kemarin banyak perusahaan furniture yang tidak mendapat order namun Widi masih memproduksi pesanan. Bahan baku yang digunakan mayoritas dari pohon-pohon yang tumbang atau pohon yang memang harus ditebang karena sudah membahayakan keselamatan, ranting pohon, limbah dari industri kayu olahan, kayu jati serta kayu rimba dari Perhutani. Suatu saat istrinya mengutarakan perasaan kurang sreg dengan usaha ini karena banyaknya kayu yang ditebang tetapi tidak ada upaya penanaman kembali.

Widi kemudian melakukan kerjasama dengan Kelompok Tani Hutan Rakyat ALAM RAYA yang berlokasi di Ds. Grogol VII, Parangtritis, Kretek, Bantul, Yogyakarta. Dengan menyediakan lahan seluas 30 Ha, tahap pertama kami menanam 5.000 bibit jati Perhutani. "Program ini diperuntukkan sebagai partisipasi konsumen/buyer yang membeli produk kami dengan memberikan bukti Sertifikat Partisipasi. Di situ tercantum nama dan alamat konsumen, jumlah bibit yang ditanam, lokasi penanaman dan nama petani yang menanam dan merawat, sehingga konsumen dapat mengetahui kebenaran program ini." jelas Widi

Dalam menjalankan bisnis Widi memilki motto selalu berpirkir positif dalam menjalankan usaha. Saat jatuh tidak menyalahkan orang lain bahkan saat bagian pengadaan tidak melakukan pembayaran ke suplier. "Kami tidak menyalahkan keadaan, kami introspeksi diri. Karena hal itu bisa saja terjadi karena kami kurang tekun, controling yang kurang baik, atau kami terlalu emosi atau terburu-buru dalam mengambil keputusan," terang Widi

Dalam melayani konsumen harus selalu berpikir positif, selalu melayani dengan baik dan menghindari konflik dengan konsumen. "Wajar saja apabila konsumen dalam menilai dan menawar produk kadang tidak mengenakkan hati, karena mereka tidak mau tertipu dalam membeli produk. Tugas kami adalah menerangkan bagaimana proses produksi sampai menjadi produk dan bagaimana kami menjaga kualitas. Ternyata ini sangat bermanfaat. Konsumen paham dan kesepakatan harga dapat terjadi. Kami dapat menjual produk dengan margin yang bagus. Kerana selain kualitas yang bagus produk kami memiliki disain khusus."

Pernah ada buyer nakal. Widi dengan tegas menurunkan lagi barang yang sudah diatas kontainer karena belum dibayar. Namun saat si buyer berkunjung ke workshopnya tetap diterima dengan baik sehingga terjadi kesepakatan jual beli. "Produk kami dibeli dengan harga cukup bagus dan dibayar lunas. Teman-teman kami heran. Dia mengatakan produk kami disain dan kualitasnya bagus dan belum ada pembandingnya. Dia dapat menjual hampir 10 kali lipat di Amerika. Kepercayaan merupakan salah satu faktor utama dalam berwirausaha, kami selalu mencoba untuk mempercayai orang lain tetapi tidak naïf," ujarnya.

Akhirnya kini Widi mempunyai konsumen yang loyal. "Dalam persaingan bisnis jangan merebut hak orang lain, kami akan bersaing dengan sehat, kualitas dan ketepatan waktu adalah kekuatan kami, perang harga kami hindari karena biasanya akan mengorbankan biaya produksi dann kualitas diturunkan. Untuk mengatasi hal ini kami memilih usaha dengan segment pasar tertentu, produk kami khusus bukan produk massal," tuturnya.

Widi Selalu berpikir positif. Menurutnya energi positif akan mempengaruhi kita serta lingkungan kerja dan membantu ketepatan, kecepatan dalam pengambilan keputusan. Selalu berusaha mempercayai orang lain karena dia yakin orang akan memberi kepercayaan yang sama. "Bijaksanalah terhadap diri kita sendiri, Insya Allah keputusan yang kita ambil akan bermanfat bagi orang lain," Widi mengakhiri.

Biodata

Nama : Ir. R. Bambang Widi Nugroho.
Istri : Rahma Dewi Febriyanti S.Sn.
Anak : R. Arjuna Rakaiprajna Aryabhumi
Ayah : Letkol.Inft.(Purn) T. Djarot Soeprapto (almarhum)
Ibu : R. Hasyimah

Pendidikan.:
SD Negeri 1 Salatiga
SMP Negeri 1 Salatiga
SMA Kristen 1 Salatiga
Universitas Kristen Satya Wacana, Fak. Pertanian, Jur. Agronomi, Salatiga

Pekerjaan :
1993-2003 : SAESTU (agribisnis & konsultan)
1994-1999 : PT. Agro Bangun Cipta (supplier hasil pertanian)
1995 : PT. Cipta Adi Sarana (rekanan Perhutani)
Motivator & Pelatih untuk Kelompok Tani Hutan (KTH)
2002-2005 : PT. Puncak Kayangan (Pengembangan Pariwisata; Studio Alam)
Managing Director
2002-2005 : PT. Jogjakartoon (Produksi film animasi kartun anak untuk program TV)
Direktur
2005-sekarang : KAMINIQUE (disain & prod. Interior-eksterior, art work)
2008-sekarang : CV. ALAS JOGJA (Limited Wooden Furniture)

Sumber :
http://www.republika.co.id/berita/78405/Ir_R_Bambang_Widi_Nugroho_Anak_Yatim_dan_Penjaga_Al_Quran
28 September 2009

1 komentar:

  1. trimakasih pak widi atas cerita nya mudah2an bpk tambah sukses selalu.Amien dan saya bisa mengikuti bpk sukses dunia akhirat.dari bayu di lampung

    BalasHapus